Semua orang paham dan sadar jika aktivitas luar ruangan seperti mendaki gunung punya beragam resiko bahaya, bahkan sampai merenggut nyawa.
Banyak contoh kejadian kematian beberapa pendaki saat sedang asyik beraktivitas di alam bebas. Berbagai faktor menjadi penyebab kematian para pendaki tersebut, ada yang jatuh dari tebing tinggi, ada yang terkena serangan hipotermia, atau yang terbaru karena kecelakaan tertimpa batu besar di jalur pendakian. Kejadian tersebut semestinya harus menjadi alarm agar kita lebih waspada dan kemudian belajar untuk menghindari kejadian-kejadian serupa.
Sayangnya, nyatanya masih ada saja pendaki-pendaki yang sering mengabaikan resiko-resiko bahaya tersebut.
Berikut ini, saya rangkum 4 resiko bahaya mematikan yang sering diabaikan para pendaki;
Di salah satu jalur pendakian Gunung Ciremai, saya pernah mendengar cerita kejadian mengerikan tentang kematian pendaki yang tertimpa pohon tumbang saat sedang beristirahat di sekitar jalur pendakian.
Sementara beberapa waktu lalu, media kita diramaikan dengan berita kematian seorang pendaki wanita yang tertimpa longsoran batu saat sedang melakukan pendakian menuju Mahameru.
Dari 2 cerita tersebut, bisa diambil pelajaran bahwa pohon tumbang dan longsoran batu bisa jadi ancaman yang sangat mematikan, yang sewaktu-waktu bisa merenggut nyawa kita dalam pendakian. Kecelakaan seperti ini memang sulit untuk dihindari, mengingat tak ada seorang pun yang tahu persis kapan sebuah batu besar akan menimbulkan sebuah longsoran mematikan, dan tak ada yang tahu juga kapan sebuah pohon besar akan tumbang. Hal yang mungkin bisa kita lakukan hanya dengan berusaha untuk lebih waspada dan lebih peka memperhatikan lingkungan sekitar tempat dimana kita akan beristirahat ataupun mendirikan tenda untuk bermalam. Jangan beristirahat atau mendirikan tenda di dekat pohon besar yang nampak tua dan lapuk, dan jauhi juga tebing-tebing yang bebatuannya nampak tidak kokoh dan mudah lepas.
Pernah dengar berita kematian seorang pendaki muda bernama Shizuko Rizmadhani di Gunung Gede?Ia meninggal dunia karena serangan Hipotermia.
Beberapa pendaki kerap menyepelekan serangan hipotermia ini, padahal korban yang tewas karena hipotermia sudah cukup banyak jumlahnya. Atau parahnya, ada saja pendaki yang sama sekali tidak memiliki pengetahuan yang cukup mengenai hipotermia. Hal ini berbahaya. Kita tak bisa mengantisipasi ketika gejala-gejala hipotermia ini muncul.
Salah satunya jika penderita mulai mengigau dan berbicara melantur. Bagi yang tak paham, teman-temannya malah sering menganggap temannya kesurupan. Padahal itu merupakan salah satu gejala hipotermia. Penanganan korban kemudian menjadi terlambat hingga akhirnya harus meninggal dunia.
Berkaca dari kisah-kisah menyedihkan yang sudah sering terjadi, alangkah baiknya mulai sekarang kita perlu tahu apa itu hipotermia, apa saja penyebabnya, seperti apa gejalanya, dan bagaimana langkah penanganannya, agar tak ada lagi kejadian serupa yang menewaskan pendaki lainnya.
Untuk yang ini, kisahnya nyatanya bisa kamu cari di google tentang pendaki yang jatuh ke kawah Merapi beberapa waktu lalu, atau pendaki yang tewas karena jatuh dari puncak Gunung Batu di Bekasi.
Kecelakaan seperti ini tentunya tak perlu terjadi jika para pendaki lebih mengutamakan keselamatannya dibanding beberapa hal lain yang sebenarnya tak begitu penting. Jangan terlalu berlebihan hanya untuk sekadar berfoto. Taatilah segala aturan yang dibuat pihak yang berwenang, karena aturan tersebut dibuat untuk keselamatan kita para pendaki. Mendaki gunung itu bukan untuk gaya-gayaan, bukan juga untuk menunjukkan seberapa hebat diri kita. Tak ada yang lebih penting dibanding bisa kembali pulang dengan selamat.
Hampir semua pendaki gunung pasti punya tujuan yang sama dalam setiap pendakian, yakni menggapai puncak tertinggi. Namun kadangkala tujuan ini bisa sangat mencelakakan jika tidak disikapi dengan bijaksana.
Pada sebagian orang, pikiran untuk menggapai puncak telah menjerumus menjadi obsesi yang wajib untuk dipenuhi, dan inilah yang bisa menjadi hal yang sangat berbahaya. Jika sudah terobsesi seperti itu, pengambilan keputusan secara rasional bakal sulit dilakukan, resiko bahaya kadangkala diabaikan, karena pikiran yang hanya fokus pada pencapaian target, hingga akhirnya bisa menimbulkan kecelakaan yang tak diharapkan.
Cobalah untuk meredam obsesi seperti itu dengan menetapkan batas bagi diri sendiri maupun anggota kelompok, jika telah mencapai batas tersebut, jangan memaksakan diri demi menghindari resiko-resiko bahaya yang mungkin terjadi. Utamakanlah keselamatan, karena seperti yang sudah banyak dibahas, jika pendakian gunung itu tak hanya sekadar menggapai puncak.
Itulah beberapa resiko bahaya yang sering diabaikan para pendaki gunung, jika ada resiko bahaya lain yang belum tercantum dalam tulisan ini, silakan anda tambahkan di kolom komentar.
Semoga bermanfaat, salam lestari!