17 Istilah Bahasa Medan yang Harus Dipahami Jika Berteman dengan Orang Medan

Ingin berkunjung ke Medan? Atau memiliki teman orang Medan? Setidaknya pahami dulu 17 istilah bahasa Medan ini!

SHARE :

Ditulis Oleh: Elvi Zakiyah

Foto oleh Shabara Wicaksono

Medan berkembang pesat, ia kini menjadi salah kota yang diminati pelancong domestik maupun mancanegara.  Medan menjadi kota dengan ikon wisata kuliner yang menggiurkan dan akan menggoyang lidah para turis dengan berbagai kuliner khasnya. Sebut saja Lomang di Jl Flamboyan, deretan tempat makan di sepanjang jalan Gagak Hitam atau biasa disebut dengan Ring Road, atau ada juga Bika Ambon yang menjadi ciri khas kota Medan.

Baca juga destinasi hits Medan dengan klik di sini.

Tapi, kita bukan mau bahas kuliner di sini, mungkin di posting-an selanjutnya,  sekarang mari kita bicara tentang bahasa Medan.

Kami orang Medan pakai bahasa Indonesia kok. Tapi banyak istilah-istilah yang ‘lari’ dari bahasa Indonesia itu sendiri.  Cek di sini semua kata-kata yang “Medan Kali”.

 

1. Celit = pelit

Perkara beda huruf di awal ya. Medan memang selalu menyebut orang yang pelit sebagai celit. Namun istilah ini mulai jarang dijumpai di Medan wilayah perkotaan, namun untuk Medan pinggiran istilah ini masih banyak digunakan.

Coki : “Cok, bagilah bombon kau itu. Kok kek enak kali ku liat lah”

Ucok : “ah, gak mau aku bagi-bagi sama mu, aku aja kurang”

Coki : “Celit kali kau, bagi sikit aja pun”

Selama ini orang menilai Suku Batak identik dengan bersuara besar dan sikap blak-blak-kannya. Dan itu sering disalah-pahami melalui media film yang memuat salah satu karakternya bersuku Batak dan mendeskripsikannya dengan logat yang “kebatak-batakkan” padahal jatuhnya berlebihan.

Baca fakta menarik lainnya mengenai suku batak dengan klik di sini.

 

2. Kreak = belagu

Orang Medan memang terkenal dengan sifat kerasnya. Tapi sebenarnya itu hanyalah ciri khas dari Medan itu sendiri karena Medan didominasi oleh Suku Batak dan Melayu, di mana Batak memiliki sifat keras dan bervokal suara besar.

Tak jarang sesama orang Medan sering membully satu sama lain dengan bahasa yang kasar. Nah biasanya, di Medan untuk menyebut orang-orang yang belagu, digunakanlah kata ‘kreak’. Kurang paham? Coba saja gunakan kata ini kalau jumpa orang dari Medan di daerahmu, pasti dia akan tersenyum dan paham maksudnya.

Ucok : “Hoi, anak sapa kau, kreak kali ku tengok, kencang-kencang bawa kreta”

Coki : “Anak mamakku lah coy, buru-buru ini. Udah ya” (sambil lanjut pergi)

 

3. Congok = Rakus

Kalau menjumpai orang yang banyak makan, maka orang Medan akan menyebut orang tersebut dengan kata ‘congok’.

Coki : “Congok kali kau makan ya, sampek makanan jatah aku pun kau makan. Belom makan aku bengak!”

Ucok : “eh belom makan kau ki? Ih minta maaf kali lah aku ya, lapar kali aku tadi”

 

4. Getek = genit

Getek di sini bukan berarti alat transportasi untuk menyeberangi sungai ya! Kalau di Medan, ‘getek’ berarti sebutan untuk ‘tingkah genit’, biasa disertai colek-colek dengan sapaan yang menggoda.

Ucok : “Ki, liat si lena itu. Makin pendek ku rasa roknya lah, makin getek pulak ku tengok dia samamu pun”

Coki : “Ah biarlah, gak selera pun aku sama dia”

 

5. Tokoh = bohong

Ini juga, kalau Bahasa Indonesia ‘tokoh’ itu artinya “seseorang yang penting di kalangan masyarakat”,  kalau di Medan artinya bisa jauh berbeda yaitu ‘dibohongi’.

Contoh kalimatnya,

Ucok : “Oalah, kan udah ku bilang dia itu bukan dukun asli, palsu dia itu, percaya pulak kau sama dia sampek ngasih uang gitu ah, ditokohi itu kau”

Coki : “Iya, sial kali aku lah”

 

6. Kombur = gosip

Kalau menjumpai seseorang yang sering bergosip baik itu ibu rumah tangga atau siapa saja maka itu bisa dikatakan sebagai ‘kombur’. Tapi kombur lebih kepada sifat seseorang yang suka bercakap-cakap dengan topik yang nyata maupun hanya sekadar topik hiburan.

Kalau di Medan, jika ada orang yang  banyak bicara pun bisa disebut sebagai ‘banyak kombur’.

“Ku tengok dari tadi bekombur aja sama tetangga depan sana. Bukannya masak si mamak ini”

 

7. Eskete = tidak berteman lagi

Entah kalau di daerah lain, namun orang Medan menyebut “tidak berteman lagi” dengan kata ‘eskete’. Jadi semisal ada dua orang yang berteman sedang berselisih hingga memutuskan untuk “tidak berteman lagi” dan marah terhadap temannya maka kata ‘eskete’- lah yang keluar dari mulut.

 “Eskete kita lah, tak kau ajak aku makan-makan pas ulang tahunmu”

 

8. Kedan = teman akrab

Untuk kata ‘kedan’ ini bersifat sangat akrab dan paham satu sama lain. Jadi kalau ada yang saling mencaci dan membully temannya sendiri namun tetap akrab dan sudah seperti saudara maka itu bisa dikatakan ‘kedan’.

Coki : “Kita kan kedan, pinjamlah duitmu seribu, mau jajan aku”

Ucok : “GAK ADA!!”

 Jika menginginkan seorang wanita dari suku batak menjadi pasangan hidup, ada beberapa hal yang harus diperhatikan.

Baca ulasan kami, tentang hal-hal yang mestinya dipahami sebelum mempersuntingnya dengan klik di sini.

 

9. Mentel = bergaya

Kalau di Jawa sedang tren cabe-cabean, nah di Medan sendiri hanya ada istilah ‘anak mentel’. Sifat dari cabe-cabean itulah yang dikatakan ‘mentel’.

“Mentel-mentel kali ku tengok anak SD sekarang ya, udah pande pake gincu semua, sepatu pun tinggi-tinggi hak nya, maen kali lah sekarang”

 

10. Bereng = melirik sinis

Kata ‘bereng’ sebenarnya berasal dari bahasa Batak, ya pahamlah kenapa kata ini banyak digunakan di Medan mengingat Medan didominasi etnis Batak. Namun arti kata ‘bereng’ untuk orang batak artinya “lihat”. Sedangkan orang Medan pada umumnya menyebutkan kata “bereng” dengan makna yang sama namun lebih negatif, yaitu melirik sinis.

“Apa kau bereng-bereng! Gak senang? Maen kita?”

 

11. Galon = pom bensin

Orang Medan menyebut galon sebagai kata tempat, sedangkan bahasa Indonesia menyebut galon sebagai kata benda. Jadi kalau ada yang bilang “mau ke galon minyak” itu berarti dia mau ke pom bensin. Lalu kalau galon air mineral sebutannya apa? Ya galon juga! Bagaimana, bingung kan?

“Antarkan dulu uwak ke galon depan lah cok…ada janji jumpa sama namborumu di sana”

 

12. Mancis = korek/pematik

Kalau mau membeli pematik api di warung-warung yang ada di Medan, sebutkan kata Mancis, karena mereka tidak paham dengan kata pematik atau bisa juga tambahkan kata korek di depan kata mancis.

“Wak, beli mancis yang ada senternya, satu aja”

 

13. Becak mesin = becak motor

Kami orang Medan tidak mengenal kata motor, yang kami kenal itu ‘kreta’. Nah, kalau becak motor biasa kami sebut dengan becak mesin.

Ucok : “ke mana kau ki?”

Coki : “Narek becak mesin dulu aku, mau bantu bapakku yang lagi sakit”

 

14. Pajak = pasar

Jangan terkejut kalau orang Medan menyebut pasar tradisional dengan kata ‘pajak’.

Mamak : “Cok, belikan dulu mamak ayam sekilo di pajak sukarame ya”

Ucok : “Alah mamak, jauh kali, nanti lah dulu, masih maen pilem dragon bol ini.”

Mamak : “Kau mau pigi sekarang atau gak makan kau nanti ku buat?”

 

15. Pasar = jalan raya

Sedangkan kata ‘pasar’ sendiri berarti jalan raya. Bingung? Udah jangan dibuat bingung, dihapal aja kata-katanya hahaha

Mamak : “Jangan maen-maen kelen di pasar, ketabrak truk itu nanti kelen”

Ucok : “Ih mamak doain yang gak enak, pinggirlah kita yok ki”

Coki : “Iya cok, seram aku”

 

16. Bengak = bego

Kita biasa mendengar istilah bego, kalau di Medan lebih sering mendengar kata ‘bengak’. Dan pahami arti kata ini ketika seseorang mengataimu dengan kata ‘bengak’.

Ucok : “4+4 itu sama dengan 8 ki, bukan 16 bengak!”

Coki : “Tahu aku, Cuma aku kan lagi becanda sama ibu guru, jadi ku tulis 16”

 

17. Cak = coba

Bukan tari kecak yang ada di Bali ya, tapi orang Medan memang sering menyingkat kata coba menjadi cak.

“Eh apa itu yang di tanganmu? Cak liat lah?!”

Tradisi memakan orang memang sudah lama hilang seiring dengan masuknya kepercayaan di Tano Batak, namun kita bisa melihat sisa peninggalannya.

Baca ulasan lengkapnya tentang kanibalisme di tanah batak dengan klik di sini.

***

Nah, sudah mengerti? Karena jika dijelaskan melalui rangkaian kata memang agak sulit dimengerti atau kalau orang Karo bilang La terkataken, pal.

Tambahan lagi bahwa orang-orang Medan juga selalu mengubah kata yang berakhiran vokal ‘ai’ menjadi ‘e’ contohnya:

Pantai = pante

Cabai = cabe

Sungai = sunge

Logat orang-orang Medan selalu terdengar kasar dan diakhiri dengan penekanan konsonan ‘k’ sehingga semua kata akan otomatis berakhiran konsonan ‘k’, contohnya:

Gigi = gigik

Pula = pulak
Dan hal terakhir buat kawan-kawan yang berkeinginan untuk berkunjung ke Medan atau memiliki teman orang Medan, jangan terkejut dengan vokal kami yang berbicara seperti membentak-bentak, memang sudah seperti itu dari sananya, tak bisa lagi diubah, paham kau kan lek?

SHARE :



REKOMENDASI




ARTIKEL KEREN PALING BARU