12 Pengakuan Traveler Yang Perlu Orang Lain Ketahui

Mungkin kami, para traveler, terlihat sangat sempurna dari luar. Tapi kami pun butuh perjuangan untuk sampai bisa bertualang

SHARE :

Ditulis Oleh: Yuliana Harianja

Orang lain terlalu banyak berasumsi kepada kami-para traveler-, tentang kegiatan kami, bagaimana kami mendapatkan uang untuk bisa selalu jalan-jalan, juga anggapan bahwa kami hidup hanya untuk senang-senang. Namun, itu hanya asumsi.”

Saya memilih menjadi traveler. Tidak ada bedanya seperti kamu yang memilih untuk kerja kantoran atau berwirausaha. Hanya saja, cerita-cerita dan foto-foto saya di media sosial mungkin akan menarik perhatian kamu atau orang lain untuk berkomentar.

‘Kamu kerja apa sih, perasaan jalan-jalan terus kerjaannya. Dapet duit darimana?’

‘Kamu gak ada kegiatan lain ya, selain jalan-jalan?’

Itu sebagian dari pertanyaan-pertanyaan yang sering sampai di telinga saya. Menjadi traveler memang selalu terlihat menyenangkan. Namun percayalah, kami juga mempunyai perjuangan selama perjalanan. Dan kamu perlu tahu ini. Untuk bisa jalan-jalan tak semudah yang kamu lihat :

1. Saya tidak kaya, hanya pintar mengatur keuangan

Kamu bisa saja berpikir saya kaya dan beruntung. Untuk beruntung, saya setuju! Tapi, tidak dengan kaya. Menjadi traveler tidak berarti harus kaya, walau saya akui bahwa traveling membutuhkan dana. Yang saya lakukan adalah mencoba menekan budget seminim mungkin. Saya menghitung setiap rupiah yang akan saya keluarkan. Jika ada yang gratis, kenapa tidak? Sekarang ini banyak hal yang bisa mempermudah dan meminimalisir budget selama traveling. Contohnya jika ingin mendapat penginapan gratis saya bisa menggunakan cara couchsurfing.

2. Saya selalu antusias dengan perjalanan selanjutnya, tapi percayalah, saya juga gugup!

Apa yang terlihat di sosial media adalah foto-foto yang indah. Tentang sunset dan sunrise, senyum masyarakat lokal, atau foto bersama teman-teman baru yang menyenangkan. Tapi jujur, saya selalu merasa khawatir akan apa yang akan terjadi di perjalanan, takut apabila terjadi sesuatu yang di luar rencana, atau takut jika melewatkan hal-hal terbaik dalam perjalanan tersebut.

3. Saya menghabiskan uang untuk pengalaman, bukan barang

Traveling itu pilihan. Saya adalah satu dari banyak traveler di luar sana yang memprioritaskan traveling di atas ratusan pilihan lainnya. Mungkin terdengar berlebihan untukmu, tapi sensasi yang diberikan perjalanan membuat saya selalu ingin berjalan tanpa henti.

Saya masih bisa tidak mencicipi restoran baru di tengah kota. Tidak masalah. Berbelanja baju? Ah, tidak masalah! Gaya busana traveler bukannya selalu terlihat chic, casual, and classy? Setiap rupiah lagi-lagi sangat berarti untuk saya simpan demi perjalanan impian.

Restoran baru yang tak disinggahi, tidak memiliki gadget terbaru, atau fashion yang sedang hype, tidak menjadi masalah bagi saya, karena semuanya terbayar dengan pengalaman mendaki gunung tertinggi, puluhan teman baru di negeri sebrang, atau sekedar berkeliling mengendarai motor trail dan bertualang.

4. Saya suka membuat rencana, tapi terlalu banyak kejutan di luar sana

Traveling bukan sekedar duduk di dalam pesawat, kereta, mobil, atau bahkan motor, lalu sampai ke tujuan. Traveling jauh dari sekedar itu.

Semua orang menyukai jika rencananya berjalan tanpa hambatan, saya pun demikian. Namun jika tiba-tiba pesawat menunda keberangkatannya sampai satu hari, dirampok di tengah jalan, ketinggalan pesawat, atau bahkan ditipu oleh orang asing, rencana harus berubah! Suka atau tidak suka.

Jujur, hal itu pasti menakutkan dan terkadang membuat frustasi. Namun sikap petualang dan kebulatan tekad untuk menyelesaikan masalah selalu bisa membuat semuanya lebih baik. Bahkan terkadang perubahan yang tak direncanakan tersebut menjadi bagian terbaik dari perjalanan itu sendiri.

5. Saya sadar selalu ada kemungkinan buruk

Terkadang saya sengaja melakukan perjalanan sendirian. Kunci dari perjalanan itu adalah: riset. Melihat setiap detail lalu berangkat! Saya sepenuhnya sadar, selalu ada kemungkinan buruk dalam setiap perjalanan dan hal itu tidak bisa saya cegah. Tapi, bukankah memang seni dalam hidup adalah menghadapi hal-hal di luar rencana?

Tetap santai dan mengikhlaskan dalam beberapa hal adalah pilihan terbaik, karena pada akhirnya saya menyadari bahwa tidak semua hal dapat saya kendalikan.

6. Saya memulai perjalanan sendiri, tapi mengakhiri perjalanan dengan teman-teman

Bertemu dengan orang-orang yang awalnya asing, lalu menjadi teman atau bahkan sahabat terbaik. Mengenal traveler lain dari berbagai penjuru dunia membuat saya merasakan kultur mereka secara tidak langsung, saya semakinmerasa kaya. Terkadang, pertemuan di satu tempat berujung pada rencana perjalanan bersama di tempat lain! Menyenangkan!

7. Saya tidak masalah jika harus terlihat bodoh

Masyarakat lokal terkadang menjadi pemberi saran terbaik dalam perjalanan. Yang sulit adalah, menjalin komunikasi dengan mereka. Hal itu membutuhkan usaha dan perjuangan bagi saya yang tidak mengerti sama sekali bahasa masyarakat setempat. Tapi, saya harus mencoba. Saya tidak masalah jika harus terlihat bodoh karena mengucapkannya dengan salah, karena masyarakat lokal justru memberikan apresiasi terhadap saya.

8. Saya tidak hanya liburan

Saya mungkin terlihat selalu liburan. Saya pernah traveling untuk liburan, tapi saya pun pernah traveling untuk belajar, mengikuti kegiatan organisasi kampus atau kemahasiswaan lainnya. Bahkan kalaupun itu hanya sekedar liburan, saya harus belajar banyak. Setiap hari dihadapkan dengan hal-hal yang mungkin sebelumnya tak pernah saya bayangkan dan tak pernah saya rencanakan. Saya menikmati prosesnya, membentuk saya menjadi pribadi yang lebih tangguh, dan selalu memandang sesuatu dari sudut pandang yang semakin luas.

9. Saya pun pernah merasakan homesick

Traveling adalah passion saya. Meskipun demikian terkadang saya merindukan berada di rumah, bersantai membaca buku di taman kota, merindukan orangtua dan kampung halaman, teman, dan sahabat. Tapi ini abad ke-21! Ada berbagai aplikasi messanger dan video-call yang bisa mengobatinya.

Sama seperti perasaan lain yang pasti terlewati, homesickness juga. Dan apabila sudah terobati, saya tetap akan bahagia dengan keberadaan saya sekarang.

10. Saya tahu bahwa saya istimewa

Memiliki kesempatan untuk melakukan traveling adalah sebuah anugerah. Saya sadar tidak semua orang memiliki kesempatan seperti yang saya punya. Saya mungkin harus menabung dan menyingkirkan banyak kesenangan lainnya untuk bisa traveling, tapi saya tetap orang yang lebih beruntung. Melihat kehidupan lokal yang terkadang jauh berbeda dengan kehidupan saya, selalu membuat saya takjub dan bersyukur. Apa yang bisa saya lakukan adalah menjadi traveler yang bertanggung jawab, menjaga kearifan lokal dan mendukung kelestarian alam sebisa mungkin.

11. Saya mengerti bahwa traveling bukan gaya hidup semua orang

Sudah semakin jelas sekarang bahwa saya mencintai dunia ini, traveling. Dimana saya selalu berpindah, dari satu tempat ke tempat lain, mencicipi makanan yang satu ke makanan lain yang rasanya amat berbeda, menemui orang-orang lokal dengan bahasa uniknya masing-masing dan cerita-cerita kehidupan yang memperkaya.

Meskipun bagi saya ini adalah kebahagiaan saya, belum tentu bagi sebagian orang lainnya. Jika kamu merasa belum saat yang tepat untuk traveling, kamu tidak perlu memaksakan. Namun jika kamu merasa ingin melakukannya, lakukan itu sekarang!

12. Saya tidak tahu kemana traveling akan membawa saya, tapi traveling membuat saya kaya

Siapa yang tahu kemana traveling akan membawa saya? Pelajaran apa yang akan saya dapat? Atau, bagaimana itu akan mengubah hidup saya? Saya tidak bisa menjawabnya. Yang saya tahu, saya harus menjalaninya sehingga pertanyaan itu terjawab. Menjadi bagian dari para traveler, orang-orang yang selalu haus akan pengalaman dan cerita dari berbagai penjuru dunia, yang pasti akan membawamu melihat dan mempelajari hal yang baru.

 

SHARE :



REKOMENDASI




ARTIKEL KEREN PALING BARU