Seperti halnya Kebun Raya Bogor, namun Kebun Raya Bedugul tetap memperlihatkan ciri khas Bali dengan ornamen-ornamennya, yaitu patung. Di tengah panasnya Bali siang itu, saya tidak salah pilih untuk berkunjung ke area yang sejuk dan asri ini.
Lelah berjalan-jalan menikmati pemandangan serta berfoto, saya berniat untuk mengitari Kebun Raya Bedugul untuk kedua kalinya dengan menggunakan mobil wisata yang disediakan.
Bukan hanya saya yang tertarik untuk datang menikmati atraksi lumba-lumba di Pantai Loviona, saya pun berbaur dengan wisata lainnya serta wisatawan asing. Saling mengagumi keindahan dengan segala ketenangannya.
Bermain bersama mereka dengan menyelam atau snorkeling adalah pilihan yang tepat selain hanya duduk di atas perahu.
Selain bukit teletubies di puncak Gunung Perahu, saya bisa menemukan bukit teletubbies lain di sini, Bali utara. Gundukan tanah yang hijau sangat asyik untuk menggelar tikar dan berpiknik di bawah rindangnya pepohonan.
Jika berkesempatan, kita akan menemukan pertunjukkan motor cross cukup memukau di tengah kebersamaan ini.
Mengitari danau terkecil dari 4 danau yang ada di Bali utara dengan sampan dan dayung terasa begitu eksotik. Jauh di depan saya, ada sepasang kekasih yang sedang berfoto pre-wedding di atas sampan.
Selain itu, tempat ini juga sering digunakan untuk lokasi perkemahan anak-anak sekolah.
Keindahan Gunung Batur tidak menyurutkan langkah saya untuk menaiki gunung yang masih aktif ini. Gunung yang masuk jajaran Geoprak ini adalah gunung dalam level mudah. Saya tak perlu ekstra mengeluarkan tenaga.
Danau di atas gunung, merebus telur tanpa perlu membawa perkakas dan bahkan merasakan mendaki dengan menggunakan motor, dapat saya temui di sini. Tentu saja tidak semua gunung
menawarkan fasilitas seperti ini.
Pura Beiji di Sangit memiliki daya tarik tersendiri untuk saya mengunjunginya. Bentuk relief yang tergambar di pura jauh jarang ditemukan di bangunan-bangunan baru.
Tak lengkap rasanya dari Bali tidak membawa oleh-oleh. Pasar Seni Sukowati menjadi sasaran saya untuk berburu oleh-oleh murah khas Bali.
Untuk mendapat barang yang murah, selain melakukan tawar menawar, saya juga mencoba tips yang diberikan oleh tour guide, yaitu berbelanja mulai pukul 6-10 pagi. Karena, mereka percaya, pembeli pertama akan menjadi penglaris bagi dagangannya.
Saya disambut oleh seorang penjaga vihara saat masuk. Tidak ada biaya sepeserpun untuk memasuki vihara ini, karena tempat ini memang dikhususkan untuk beribadah.
Berada di depan patung budha tidur, membuat saya seperti sedang berada di luar negeri.
Tak sampai 10 menit, kacang dan roti yang saya bawa habis diserbu puluhan ekor kera yang mendekat. Selain menjadi wisata hutan lindung bagi pohon, tempat ini juga menjadi rumah bagi ribuan kera.
Berhati-hati dengan barang bawaan, karena kera di sini cukup nakal. Mereka mengambil kacamata yang terletak di kepala saya dan membawanya lari.
Bermain-main dengan gajah yang sudah terlatih ataupun menikmati kehidupan liar harimau India adalah hal menarik yang saya perlu saya coba.
Inilah ikon pantai yang terkenal di Bali. Selain bisa menikmati pantai indah dengan sunsetnya, bermain selancar, di pantai ini saya juga bisa melihat kawasan penangkaran penyu.
Hari yang beruntung untuk saya datang ke sana. Pagi itu adalah event pelepasan anak-anak penyu ke laut lepas.
Sebelum memasuki pelataran pura, semua wisatawan diwajibkan untuk mengenakan ‘kamen’, busana adat Bali yang dipakai seperti rok sampai mata kaki. Saya juga disambut megahnya candi bentar yang hampir meyerupai sayap burung.
Namun sayang sekali, untuk wisatawan non hindu tidak di perbolehkan masuk bagian utama dari pura ini. Namun sisi tebing dengan pemandangan hamparan laut hindia menjadi pemandangan mengagumkan.